Hubungan Pola Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Mahasiswa di Kota Bangkinang
Keywords:
Fast Food, Status Gizi, Mahasiswa, Obesitas, Pola Konsumsi MakanAbstract
Latar Belakang: Periode perkuliahan merupakan fase transisi kritis yang seringkali diikuti perubahan pola makan tidak sehat, termasuk peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food). Mahasiswa rentan mengalami masalah status gizi akibat faktor kemandirian dalam memilih makanan, tekanan akademik, dan keterbatasan waktu. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara pola konsumsi fast food dengan status gizi mahasiswa di Kota Bangkinang. Metode: Studi cross-sectional melibatkan 120 mahasiswa aktif semester 2-8 berusia 18-25 tahun di Kota Bangkinang yang dipilih menggunakan stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk mengukur pola konsumsi fast food dan pengukuran antropometri untuk menentukan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan klasifikasi WHO Asia-Pasifik. Analisis data menggunakan Chi-square test, korelasi Spearman, dan multiple logistic regression. Hasil: Sebagian besar mahasiswa (74,2%) mengonsumsi fast food minimal 1 kali per minggu, dengan 35,9% mengonsumsi sering hingga sangat sering (≥3 kali/minggu). Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas mencapai 35,0%, sementara 18,3% mengalami kekurangan berat badan. Terdapat hubungan signifikan antara pola konsumsi fast food dengan status gizi (p=0,003) dan korelasi positif sedang antara frekuensi konsumsi fast food dengan IMT (r=0,412; p<0,001). Mahasiswa yang sering mengonsumsi fast food memiliki risiko 3,24 kali lebih besar mengalami kelebihan berat badan/obesitas (OR=3,24; 95%CI: 1,45-7,26). Kesimpulan: Pola konsumsi fast food berhubungan signifikan dengan status gizi mahasiswa, menunjukkan perlunya intervensi gizi komprehensif untuk mencegah masalah gizi pada populasi mahasiswa.